Home » » Gadis Loemadjang (1948)

Gadis Loemadjang (1948)


Loemadjang, sebuah kota di Jawa Timur yang kini dikenal dengan nama Lumajang, menyimpan banyak cerita dari masa kolonial Hindia Belanda. Salah satu kisah menarik yang terekam dalam catatan masa lalu adalah tentang seorang perempuan pribumi yang fasih berbahasa Belanda. Dalam kenangan seorang penulis Belanda, ia menuliskan, “Wij komen dikwijls een glaasje limonde halen bij haar thuis, ze spreekt goed Nederlands en dat komt niet zo vaak voor hier in Loemadjang” — yang artinya: “Kami sering datang ke rumahnya untuk minum segelas limun, ia berbicara bahasa Belanda dengan baik, dan itu tidak begitu sering terjadi di Loemadjang.”

Loemadjang di Masa Kolonial

Pada masa kolonial, Loemadjang bukan hanya dikenal sebagai daerah agraris dengan sawah dan perkebunan yang luas, tetapi juga sebagai salah satu pusat pertemuan budaya antara penduduk lokal dengan orang-orang Belanda. Interaksi ini tidak selalu dalam bentuk resmi atau militer, tetapi juga dalam kehidupan sosial sehari-hari. Banyak keluarga Belanda yang tinggal di kota ini kerap menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar.

Bahasa Belanda saat itu menjadi simbol pendidikan dan status sosial. Tidak semua orang pribumi mampu berbicara bahasa ini dengan fasih. Karena itu, keberadaan seorang perempuan lokal yang bisa bercakap-cakap dengan lancar dalam bahasa Belanda dianggap sesuatu yang istimewa dan langka.

Sosok Perempuan yang Fasih Berbahasa Belanda

Cerita sederhana tentang seorang perempuan yang sering menerima tamu Belanda di rumahnya sambil menyajikan minuman limun menunjukkan adanya hubungan sosial yang hangat. Dari kisah tersebut, kita dapat menangkap bahwa perempuan ini memiliki kemampuan komunikasi lintas budaya yang kuat, yang jarang dimiliki oleh masyarakat pribumi pada umumnya.

Kefasihannya berbahasa Belanda mungkin berasal dari latar belakang pendidikan di sekolah kolonial atau dari interaksi intensif dengan kalangan Belanda yang tinggal di Loemadjang. Hal ini menegaskan bahwa bahasa menjadi jembatan penting dalam membangun hubungan sosial, bahkan dalam konteks penjajahan sekalipun.

Jejak Sejarah yang Tersisa

Kenangan tentang perempuan ini kini menjadi bagian kecil dari mosaik sejarah Loemadjang. Cerita tersebut memberi gambaran tentang dinamika sosial pada masa itu, di mana interaksi antara Belanda dan pribumi tidak selalu bernuansa konflik, tetapi juga bisa berupa pertemanan, komunikasi, dan kebersamaan sederhana.

Meskipun zaman sudah berubah, kisah ini memberi pelajaran bahwa bahasa mampu mempertemukan dua dunia yang berbeda. Di tengah situasi kolonial yang penuh ketegangan, masih ada ruang bagi manusia untuk saling memahami dan berbagi.

Penutup

Kisah tentang seorang perempuan di Loemadjang yang fasih berbahasa Belanda adalah potret unik dari sejarah kolonial di Jawa Timur. Ia bukan hanya menjadi saksi, tetapi juga bagian dari hubungan sosial yang terbentuk di masa itu. Dalam konteks sejarah, cerita sederhana ini memperlihatkan sisi lain dari kolonialisme, yaitu interaksi manusia yang melampaui batas kebangsaan.

Postingan Populer

Entri yang Diunggulkan

Foto Grup Militer Belanda dan Indonesia di Garis Demarkasi tahun 1948

 Di balik gejolak sejarah kemerdekaan Indonesia, terselip kisah persahabatan yang tak terduga antara para prajurit dari dua kubu yang berset...

Postingan Populer

Facebook

 
Created By SoraTemplates | Distributed By Gooyaabi Templates