Polisi Aksi di Indonesia: Upaya Kolonel W.J. van Rhijn Menyelamatkan Pabrik Gula Djatiroto pada 21-22 Juli 1947

Foto sejarah yang diambil pada tanggal 21 Juli 1947 ini menggambarkan momen kritis dalam sejarah Indonesia pada masa aksi polisi pertama oleh Belanda. Dalam foto ini, Superior W.J. van Rhijn terlihat sedang memutuskan sambungan listrik ke bahan peledak di pabrik gula Djatiroto, dekat Lumajang, Jawa Timur. Kejadian ini terjadi selama upaya militer Belanda untuk menguasai kembali wilayah-wilayah penting di Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan. Latar belakang peristiwa ini memberikan wawasan penting tentang dinamika dan kompleksitas periode aksi polisi Belanda di Indonesia.

Konteks Sejarah Aksi Polisi Pertama

Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan aksi polisi pertama, sebuah operasi militer besar yang bertujuan untuk merebut kembali kendali atas wilayah-wilayah di Indonesia yang telah diproklamasikan merdeka pada 17 Agustus 1945. Aksi ini dikenal dengan nama "Operatie Product," yang berlangsung hingga awal Agustus 1947. Tujuannya adalah untuk mengamankan aset ekonomi penting dan menguasai kembali pusat-pusat produksi yang strategis.

Pabrik gula Djatiroto, salah satu perusahaan gula terbesar di Jawa Timur pada masa itu, menjadi target penting dalam aksi ini. Pabrik ini tidak hanya bernilai ekonomi tinggi, tetapi juga simbol dari kekuasaan kolonial Belanda yang ingin dipertahankan.

Peran Kolonel W.J. van Rhijn

1. Komandan Kepala Rhine sebagai Kolom Putih

Pada tanggal 21 Juli 1947, Kolonel W.J. van Rhijn memimpin sebuah operasi militer dengan nama sandi "Kolom Putih," setelah mendarat di Pasir Poetih (sekarang Pasirian), dekat Lumajang. Misi mereka adalah mengamankan dan mencegah kerusakan lebih lanjut pada pabrik gula Djatiroto, yang strategis dan bernilai tinggi bagi kepentingan Belanda.

2. Operasi di Pabrik Gula Djatiroto

Foto yang diambil pada hari itu menunjukkan van Rhijn sedang memutuskan sambungan listrik ke bahan peledak di pabrik gula Djatiroto. Ini adalah tindakan kritis untuk mencegah sabotase yang direncanakan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia. Langkah ini dilakukan dengan tujuan untuk menjaga pabrik agar tidak dihancurkan, sehingga tetap bisa beroperasi dan menghasilkan keuntungan ekonomi bagi Belanda.

Pada hari berikutnya, 22 Juli 1947, patroli pengintaian yang dipimpin oleh Kolonel van Rhijn berhasil menduduki pabrik gula Djatiroto. Tindakan cepat dan efektif ini mencegah kerusakan besar pada fasilitas tersebut dan memastikan bahwa aset penting ini tetap dalam kendali Belanda selama operasi militer berlangsung.

Foto sejarah dari 21 Juli 1947 yang menunjukkan Kolonel W.J. van Rhijn memutuskan sambungan listrik ke bahan peledak di pabrik gula Djatiroto adalah gambaran penting dari periode aksi polisi pertama oleh Belanda di Indonesia. Peristiwa ini mengilustrasikan upaya keras Belanda untuk mempertahankan kendali atas aset ekonomi yang strategis, meskipun menghadapi perlawanan kuat dari pejuang kemerdekaan Indonesia.

Tindakan yang diambil oleh van Rhijn dan pasukannya menunjukkan dinamika kompleks dan konflik yang mewarnai periode ini. Meskipun Belanda berhasil menguasai pabrik pada saat itu, kejadian ini memperdalam ketegangan dan mempercepat proses menuju kemerdekaan Indonesia yang akhirnya tercapai pada tahun 1949. Sejarah pabrik gula Djatiroto pada tanggal 21-22 Juli 1947 adalah bagian penting dari narasi perjuangan kemerdekaan Indonesia yang layak dikenang dan dipelajari.