Peristiwa Dramatis di Lumajang
Puncak dari cerita ini terjadi pada 17 Maret 1949, ketika saudara penulis gugur dalam sebuah misi yang berlangsung selama enam hari. Kabar tentang kematian sang saudara disampaikan kepadanya pada hari berikutnya, dengan berita bahwa sang saudara telah dimakamkan sebelumnya. Ini menjadi titik balik dalam hidup penulis, yang dihadapkan pada pilihan sulit antara melanjutkan tugas di Indonesia atau kembali ke tanah airnya. Akhirnya, penulis memilih untuk pulang, tetapi tidak sebelum mengunjungi makam sang saudara di Jawa Timur.
Jarak antara tempat tinggal saya dan Loemadjang, kota tempat saudara saya dimakamkan, sekitar 600 km secara lintas udara. Perjalanan darat tidak aman, karena Jawa Tengah masih sebagian besar dikuasai oleh TNI (tentara Indonesia). Oleh karena itu, saya melakukan perjalanan dengan jalan yang lebih panjang (melalui laut) ke Loemadjang, di mana saya mengunjungi makamnya. Kunjungan ke makam itu membangkitkan banyak emosi dan pertanyaan, dan juga merupakan titik balik dari pengalaman saya di Indië. Setelah itu, saya mengikuti perjalanan panjang pulang.
Buku "Meer over Dilarang Masoek" bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga cerminan dari pengalaman pribadi seorang prajurit Belanda di masa yang penuh dengan tantangan dan konflik. Kisah tentang Lumajang dan pengalaman mendalam dengan saudaranya menjadi cerita yang tidak hanya menggugah emosi, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan persahabatan di tengah zaman yang sulit.
0 comments:
Posting Komentar
Monggo warga Lumajang yen kate numplekno unek2ke iso neng kene pokoke sing sopan